Waspada! Stok Beras di Dunia Diramal Anjlok, Ini Data Terbar
Data IGC menunjukkan, produksi beras turun sekitar 0,7% menjadi 511 juta ton dari estimasi tahun 2022/2023 yang diprediksi mencapai 514 juta ton.
Dengan begitu, ada 681 juta ton https://sportifkas138.site/ pasokan beras di dunia, turun sekitar 1,3% dari sebelumnya mencapai 690 juta ton. Sementara konsumsi global diprediksi turun sekitar 0,8% menjadi 520 juta ton.
Proyeksi penurunan produksi menyusul kekhawatiran penurunan produksi di wilayah Asia akibat efek domino gangguan iklim.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia juga telah mengantisipasi penurunan produksi beras. Bahkan, untuk bulan Januari dan Februari ini diprediksi akan terjadi defisit sekitar total; 2,8 juta ton akibat berkurangnya produksi. Akibat efek domino fenomena El Nino, yang menyebabkan musim kemarau jadi lebih kering dan panas dibandingkan musim kemarau biasanya.
Meski begitu, secara umum produksi serealia atau biji-bijian dunia tahun 2023-2024 diprediksi bisa cetak rekor. Ini menjadi kabar baik di tengah kekhawatiran penurunan produksi pangan akibat kekeringan ekstrem, sebagai dampak fenomena iklim El Nino.
Menurut IGC, total produksi biji-bijian dunia mencapai 2,307 miliar ton, dengan pertumbuhan 2% secara tahunan. Rekor produksi ini terutama didorong lonjakan produksi jagung dunia.
Sementara itu, konsumsi biji-bijian dunia juga diprediksi akan naik 2% menjadi 2,314 miliar ton. Di mana, konsumsi untuk pangan, pakan, dan industri diperkirakan mencapai puncaknya.
Dengan begitu, stok biji-bijian global diprediksi berpotensi susut 1% menjadi 590 juta ton. Ini adalah penurunan kali ketujuh secara berturut-turut.
Di saat bersamaan, kumulasi perdagangan biji-bijian dunia diperkirakan turun sekitar 3% secara tahunan menjadi 415 juta ton. Termasuk pengiriman gandum, jagung, dan jelai dalam jumlah kecil.
“Produksi beras dunia diprediksi akan turun 10 juta ton secara bulanan. Ini menyebabkan ketersediaan global juga akan turun sekitar 5 juta ton secara bulanan,” tulis IGC.
“Perdagangan dunia diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 2% pada tahun 2024, sebagian besar disebabkan oleh melemahnya minat beli importir dari wilayah Asia, terutama Indonesia. India akan tetap menjadi eksportir terbesar meskipun terjadi penurunan pengiriman yang cukup besar,” sebut IGC.