Sejumlah saham berpotensi mampu memanfaatkan momentum rilis laporan keuangan, tangguhnya makro dalam negeri, hingga mulai masuknya aliran dana asing akhir-akhir ini.
Selama 4 bulan pertama di 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak volatil di tengah suasana ketidakpastian global, risiko resesi, dan rezim suku bunga tinggi.
Kinerja year to date (YtD) IHSG, per 18 April 2023 atau sebelum libur lebaran 2023, minus 0,42% ke posisi 6.821,81.
Volatilitas https://toto-jp-slot.online/ IHSG berpotensi masih berlanjut di kuartal II 2023 seiring iklim gloomy, efek krisis perbankan dan risiko resesi di AS hingga Eropa, masih menyertai pasar global.
Sementara, apabila melihat semester II 2023, outlook pasar saham kemungkinan lebih baik dari paruh pertama tahun ini, ditopang oleh peningkatan konsumsi domestik menjelang pemilu, kebijakan moneter yang akomodatif, penguatan rupiah, dan adanya potensi bank sentral AS, The Fed, akan mulai mengubah haluan soal kebijakan suku bunga.
Belum lagi, masuknya dana investor asing bisa menjadi ‘pil kuat’ tambahan untuk IHSG ke depan.
Dalam sebulan belakangan, pembelian bersih (net buy) asing mencapai Rp14,12 triliun di pasar reguler. Sedangkan, secara YtD, asing melakukan net buy Rp10,26 triliun.
Sejumlah sektor emiten diproyeksikan mampu meredam sentimen eksternal lantaran memiliki neraca keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang positif, sebut saja perbankan, consumer goods, hingga telekomunikasi.
Dari sektor tersebut, sejumlah saham sektor tersebut memiliki peluang yang baik dan menawarkan ‘cuan’ pascalibur lebaran.
Perbankan
Sektor perbankan, terutama nama-nama besar, menjadi salah satu penopang utama IHSG dan ekonomi Indonesia dan diramal mampu menahan risiko kenaikan NPL dan masih bisa menjaga marjin bunga bersih (NIM) yang tinggi di 2023.
Kinerja keuangan per kuartal I 2023 keempat bank tersebut juga diproyeksikan solid, dengan potensi pertumbuhan laba kumulatif di atas 10-12%.
Untuk menyebut beberapa, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang baru saja melaporkan kinerja kuartal I (kenaikan laba 25,2% secara tahunan/YoY) masih memiliki potensi kenaikan (upside) hingga 11%.
Nama lainnya seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memiliki upside hingga 15% di tengah struktur permodalan yang kokoh dan potensi pertumbuhan kredit dua digit di 2023.
Consumer goods
Sektor konsumer, termasuk juga peritel, berpotensi memanfaatkan peningkatan daya beli konsumen dan membukukan marjin yang lebih positif di tengah penyaluran dana kampanye pemilu 2024, tren penguatan rupiah, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang positif, hingga penurunan harga komoditas.
Grup Indofood, terutama ICBP yang terlihat defensif sejak pandemi Covid-19 menyerang, masih memiliki potensi kenaikan hingga 20%.
Tahun ini, emiten pengelola Alfamart (AMRT) juga ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tinggi hingga pertumbuhan peritel makanan yang positif. Ke depan, saham AMRT punya potensi kenaikan 13%.
Telekomunikasi
Sektor telekomunikasi juga terbilang overweight tahun ini, ditopang oleh potensi lonjakan traffic (lalu lintas) data menjelang pemilu 2024 yang diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan pendapatan sektor tersebut.
Emiten telko BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), misalnya, memiliki neraca keuangan yang kuat (net gearing hanya 24,1% jauh di bawah kompetitor yang di atas 150%), potensi pembagian dividen lebih tinggi dan ekspansi segmen bisnis ke depan. Melihat hal tersebut potensi upside saham TLKM mencapai 16%.
Seperti sedikit disingung di atas, kendati peluang masih terbuka lebar, risiko penurunan pasar saham masih membayangi, yakni terkait risiko resesi global hingga harga komoditas yang mendingin yang bisa membatasi kinerja ekspor RI.