Bos LPS Buka-bukaan Soal Situasi AS & Bank-bank Bangkrut

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa dalam Economic Outlook 2023 dengan tema

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan penyebab terguncangnya stabilitas sistem perbankan di Amerika Serikat (AS) yang menekan sejumlah bank besar hingga kolaps di awal tahun ini, termasuk Silicon Valley Bank, Silvergate dan Signature Bank.

Menurut Purbaya, guncangan di perbankan AS dipicu oleh agresivitas bank sentral Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga acuan untuk mengatasi laju liar inflasi domestik negara ini. Hingga Maret 2023 ini, suku bunga telah naik ke kisaran 4,75 sampai 5 persen.

“The Fed sebelumnya menaikkan bunga ketinggian, (The Fed) mengurangi uang kecepatan sehingga perbankannya dalam keadaan jelek, uangnya mengalami kontraksi 15% dan ekonomi juga terancam melambat akhirnya memaksa mereka berbalik arah,” papar Purbaya, dikutip Jumat (31/3/2023).

Hal ini dilakukan The Fed karena mereka tidak menghitung dampak kebijakan mereka dengan benar, sambung Purbaya. Jika dilihat sebelum SVB jatuh, ketika mereka melancarkan quantitative easing, balance sheet atau neraca The Fed tercatat sebesar US$ 8,9 triliun dan kemudian turun menjadi US$ 8,3 triliun.

“Sekarang Sudah naik US$ 8.7 triliun, jadi dalam 3 minggu mereka inject uang ke sistem US$ 400 miliar ga jauh dengan puncak ketika mereka melakukan quantitative easing,” ungkapnya.

Alhasil, keadaan sekarang memaksa The Fed mengubah kebijakannya.

“Sekarang kalau kita bilang jadi kuantitatif easing lagi,” kata Purbaya. Langkah ini sukses meredam gejolak di perbankan. Dia memastikan ketika kebijakan ini dijalankan, bank manapun yang membeli SVB akan untung karena surat utangnya sekarang pada fast value tidak lagi tergantung pasar.

Purbaya menilai Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah melakukan langkah tepat. Langkah FDIC tentunya berbeda dengan mandat LPS. Di dalam negeri, jika ada bank kolaps, LPS akan mengambil alih bank tersebut dan kemudian dihidupkan kembali melalui, bridge bank atau bank perantara. Ini adalah bagian dari mekanisme resolusi bank gagal di Indonesia.

“Yang jelas seninya perbankan musti bisa hidup lagi dalam artian nasabah bisa ambil uangnya dengan lancar,” kata Purbaya.

Baru setelah sehat, bank ini akan ditawarkan ke bank-bank lain. Dalam kasus SVB, dia melihat penjualan banknya bisa memakan waktu lebih dari satu tahun.

Namun, dia meyakini akan untung jika investor membeli Bank SVB ketika kondisi moneternya longgar seperti saat ini. Dengan demikian, dia menegaskan kondisi kebijakan moneter dan finansial akan sangat berpengaruh dalam menentukan apakah bank tersebut layak dibeli atau tidak.

Lebih lanjut, dia yakin dengan perubahan kebijakan fundamental the Fed, maka tekanan dan ketakutan industri keuangan di global akan berkurang.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*