AS Cabut di Proyek Kesayangan Jokowi, Luhut-Erick Buka Suara

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sebagai Tuan Rumah F1 Powerboat yang akan diselenggarakan pada 25-26 Februari 2023 tentunya Danau Toba akan menjadi perbincangan dunia internasional. (Dok. Kemenko Marves)

Air Products and Chemicals Inc, perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk hengkang dari proyek konsorsium hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Indonesia. Air Products sebelumnya membentuk konsorsium bersama dengan PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

Tak hanya itu, Air Products juga mundur dari proyek hilirisasi batu bara menjadi metanol di Kalimantan Timur bersama dengan perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources yang membentuk konsorsium bernama PT Air Products East Kalimantan (PT APEK).

Proyek hilirisasi sendiri merupakan salah satu proyek kebanggaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena digadang-gadang bisa menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Ini pun menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

Lantas, apa tanggapan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir terkait langkah Air Products?

Luhut bilang, saat ini pemerintah sedang melakukan pembahasan penting mengenai kelanjutan program hilirisasi batu bara Indonesia.

“Saya rasa masih harus ada beberapa (pembahasan) teknis yang harus diselesaikan. Kita lihat lagi nanti (terkait penggantinya),” ujar Luhut ditemui di Jakarta, dikutip Jumat (31/3/2023).

Erick masih bertanya-tanya terkait hengkangnya perusahaan tersebut. Ia mengungkapkan cabutnya Air Products dari konsorsium tersebut harus dikaji lagi dari sisi konsorsium, industri, dan aturan yang memayungi hilirisasi batu bara di Indonesia.

“Itu permasalahan di kami atau di mana? Air products itu mundur karena apa? Karena Pertaminanya, atau karena industrinya berubah, atau karena aturannya belum punya payung. Nah itu mungkin dicek dulu,” ujar Erick di Jakarta, pekan lalu.

Sayangnya, Erick juga belum bisa menyebutkan investor yang nantinya akan menggantikan Air Products yang mundur dari konsorsium tersebut.

Terlepas dari dinamika yang ada, Kementerian ESDM memastikan proyek hilirisasi batu bara yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini mulai dilirik China.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi, Triharyo Soesilo menyatakan, alasan hengkangnya Air Products lantaran berbagai macam hal. Diantaranya karena DME baru pertama kali ada di Indonesia.

Kemudian, regulasi yang dibuat pemerintah juga baru saja disusun. “Sementara Air Products di Amerika Serikat (AS), Joe Biden banyak memberikan insentif yang mendorong tranisi energi investment, jadi mungkin dia tidak bisa menunggu terlalu lama ya,” terang Triharyo Soesilo saat ditemui di Menara Danareksa, Kamis (30/3/2023).

Sementara itu, Triharyo menyatakan belum ada partner pengganti PTBA dan Pertamina setelah hengkangnya Air Products itu. “Belum ada, sampai sekarang belum ada yang berminat,” tandas Triharyo.

Triharyo menambahkan, perusahaan China berpotensi menjadi investor potensial karena merupakan produsen DME dengan jumlah besar, mencapai 12 juta ton. “Kan DME terbesar di China 12 juta ton di sana jadi udah pengalaman biasa sih pengalaman pertamina,” kata Triharyo

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*